Ditulis oleh Intan Nur Fauziah Saputri, Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Beberapa tahun yang lalu kita masih mengenal beberapa permasalahan terkait tindakan Rasisme, tindak keadilan, bahkan ketidaksetaraan gender yang terjadi di benua Afrika ataupun Amerika. Konsep tersebut pada akhirnya dikenal dengan istilah woke agenda. Woke agenda merupakan istilah yang kerap kali digunakan untuk merujuk gerakan peduli ataupun tindakan yang bertujuan guna meningkatkan kesadaran sosial terhadap permasalahan ketidaksetaraan rasial, gender, hak-hak LGBT, dan beberapa isu sosial lainnya.
Dilansir website Poppama, adanya Istilah “woke agenda” diciptakan oleh warga Amerika kulit hitam untuk menumpas gerakan pencari keadilan yang terjadi pada sekitar abad ke-20. Adanya istilah tersebut sebenarnya dikarenakan banyaknya penduduk kulit hitam di Amerika Serikat yang mengalami penindasan dan ketidakadilan dalam mendapatkan akses pendidikan, informasi, dan ketidaksetaraan rasial, sehingga memunculkan gerakan woke agenda guna menindaklanjuti terkait kasus ketidakadilan yang mereka rasakan.
Baca Juga : Wow ini 4 cara seru mengisi waktu luang dengan bermain game GRATIS
Istilah woke agenda ini kembali muncul kembali dan tengah viral di Indonesia, karena menjadi pembahasan netizen dalam podcast milik Daniel Mananta bersama Muhammad Quraish Shihab (Cendekiawan sekaligus ayah dari Najwa Shihab). Dalam podcast tersebut membahas terkait kesetaraan gender yang sudah masuk di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan karena Daniel Mananta menemukan salah satu sekolah yang ada di Indonesia sudah terbuka terhadap ‘Woke Agenda’.
Adapun yang di contohkan dengan adanya tiga toilet yakni: toilet pria, wanita, dan toilet netral. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebebasan dalam identitas gender mulai diterapkan di Indonesia, melalui dukungan dari kesetaraan gender netral. Padahal yang dikhawatirkan oleh Daniel Mananta yakni gerakan woke agenda masuk pada dunia pendidikan khususnya bagi pelajar yang masih rendah tingkat pengetahuan terkait jati diri mereka. oleh karena itu Daniel Mananta mengkhawatirkan gerakan woke agenda untuk membebaskan komunitas LGBT untuk di legalkan di Indonesia, meskipun dia sangat menghormati orang-orang yang sudah mengambil keputusan menjadi seorang LGBT.
Dengan adanya peristiwa tersebut seiring berkembangnya zaman ternyata terdapat berbagai macam makna terkait istilah woke agenda. Akan tetapi pada saat ini kerap kali penggunaan istilah woke agenda digunakan dengan konotasi negatif oleh beberapa orang yang yang mengenal bahwa gerakan ini termasuk gerakan ektrem terkait berbagai gerakan sosial, terlebih pada isu LGBT. Padahal sebenarnya adanya gerakan woke agenda mengacu pada upaya dan gerakan yang berfokus pada peningkatan kesadaran sosial terhadap hak-hak dan isu-isu yang berkaitan sosial, bukan difokuskan kesetaraan terkait komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Oleh karena itu, diperlukan adanya pengetahuan terkait beberapa istilah yang muncul pada saat ini terlebih terkait penggunaan istilah asing yang masuk dalam bahasa kita. Karena sebenarnya adanya istilah woke agenda sendiri telah menjadi bagian. dari gerakan yang bertujuan untuk mengatasi diskriminasi, stigmatisasi, dan ketidaksetaraan yang dialami oleh individu dalam hal sosial dan apapun.