Berejung, seni tradisional yang tak lekang dan tak berujung

berejung

Sepenggalinfo.com-kesenian terutama kesenian daerah merupakan salah satu peninggalan dari orang-orang terdahulu kita. Sebagai genersi penerus yang bertanggung jawab kita hendaknya harus terus melestarikan kesenian tersebut agar nantinya tidak hilang. Tapi nampaknya pada masa sekarang ini kesenian-kesenian daerah sudah mulai banyak yang hilang. Anak-anak pada saat ini cenderung tidak mau mempelajari kesenian-kesenian daerah, karena mereka menganggap bahwa  hal tersebut sudah jadul atau kuno, sehingga sudah sepatutnya ditinggalkan dan diganti dengan hal-hal baru yang sering mereka sebut dengan kekinian. Padahal pemikiran seperti inilah yang sebenarnya mematikan eksistibilitas kesenian daerah.

Baca juga : Gunung sayak, tradisi unik jelang lebaran

Advertisement
Scroll kebawah untuk lihat konten

Seperti di daerah Seluma misalnya, banyak sekali kaum muda yang tidak mengetahui kesenian daerah mereka sendiri, salah satunya adalah Berejung.  Berejung adalah kesenian yang hampir mirip dengan puisi, karena dalam pembawaannya berejung juga menggunakan intonasi nada. Hanya saja dalam berejung biasanya akan berbalasan antara perempuan dan laki-laki dan orang yang berejung akan bersandar dibahu orang lain selama dia melantunkan rejungannya. Selain itu bahasa yang digunakan dalam berejung adalah bahasa serawai, rejung sendiri berisi kalimat-kalimat yang dicurahkan oleh orang yang melantunkan rejung tersebut. Berejung biasanya dilaksanakan pada saat ada acara pernikahan, lebih tepanya dipertengahan setelah pengantin melakukan tari Manjo-manjo.

Rejung sendiri juga bermacam-macam, ada rejung yang bertema kesedihan, ada juga yang bertema kebahagiaan dan lain sebagainya. Saat berejung dengan tema kesedihan tidak jarang juga masyarakat ikut menangis meresapi kalimat demi kalimatnya, karena apa yang dilantunkan ketika berejung tersebut benar-benar menyentuh hati dan sangat sesuai dengan kehidupan yang dialami masyarakat Serawai sehingga membuat yang mendengar seolah betul-betul merasa mengalami hal tersebut.

Itulah salah satu kesenian masyarakat Serawai yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat luas atau bahkan masyarakat Serawai sendiri. Kita sebagai generasi muda penerus bangsa mulai sekarang harusnya berlomba-lomba untuk melestarikan kesenian daerah kita masing-masing, supayah nantinya ada sesuatu yang bisa kita ceritakan kepada anak cucu kita nanti. Karena kalau bukan kita siapa lagi?, dan kalau bukan sekarang kapan lagi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.