Ku tarik keyakinan terbuang kepastian, berdetik rintik hujan aku hilang dimakan angan.
Hentakan kaki mulai terhenti berjalan, bukan karena banyak selimutan darah tapi karena lapuk di makan keraguan.
Ku coba mencari sandaran untuk menenangkan tapi semua menghilang bagai burung terbang tinggi tanpa menyapa. Semakin bimbang aku semakin perih tak karuan.
Kucoba mengetuk untuk sekedar menyapa, mereka enggan untuk berkata. Semut mulai mengangkat kepala tertawa melihatku hina. Aku semakin tak berdaya karena diiris luka.
Angin dengarkanlah dinginnya hirupku agar rintik ku terasa nyaman. Angin mulai membalingkan arah enggan melirik aku yang tak nyata.
Aku mulai bingung ingin melayang tapi sebatas angan. Ragu hanya menghiasi cermin yang mulai usang.
Hujan mulai bersahabat denganku, kemanapun aku melangkah ia tetap setia bersama. Mulai terbiasa tapi hidupku semakin tak nyata karena tak bearah.
Penulis : Luvi Liniarti